Rabu, 16 Maret 2011

Harapan kita sebagai pemuda

Pemuda adalah pikiran-bertindak. Sejarah pemuda adalah sejarah massa; di dalamnya gagasan revolusioner penuh dengan harapan-harapan yang meningkat dari orang-tua, anak-anak, dan bahkan bayi-bayi yang baru lahir. Perubahan yang dikawal Pemuda adalah semangat dari kebijaksanaan orang-tua, cita-cita anak kecil, dan ketulusan dari bayi yang baru lahir. Pemuda adalah penghubung dari berbagai kenyataan sejarah. Ketika para elit politik sudah tidak bisa dipercaya, petani, buruh, nelayan, masyarakat adat, mereka belum menemukan kawan ditengah situasi yang kian menindas, maka pemuda lah tenaga yang tersisa.
Pemuda seperti bagaimana adanya. Seperti daun muda, akan terus tumbuh pada dahan yang dihinggapinya. Dalam kaitannya dengan sebuah bangsa, pemuda adalah nafas bangsa yang membawa tongkat estafet kebanggaannya dengan menggingat warisan para founding fathers yang telah berjuang demi bangsa ini. Mengingat begitu urgen-nya peran pemuda ini, sudah seharusnya kita bersikap peduli manakala banyak permasalahan yang muncul bertubi-tubi yang datang dari pemuda harapan bangsa itu.

Sejarah mencatat bahwa pemuda merupakan sosok special yang telah menorehkan tinta-tinta manis dalam arsip nasional suatu bangsa. Sejarah Indonesia telah membuktikan kebenarannya. Revolusi 1945 adalah revolusi pemuda, yang merupakan klimaks dari long march perjuangan bangsa sejak masa pra-kemerdekaan. Tokoh-tokoh sentralnya, seperti dr Sutomo dan dr Wahidin Sudirohusodo, yang menggagas perkumpulan Budi Oetomo, HOS Tjokroaminoto, pendiri Sarekat Islam, adalah orang-orang muda pada zamannya. Mereka adalah para pioner ulung, konseptor pergerakan pada masa pra-kemerdekaan. Bahkan Bung Karno dan Bung Hatta menjadi pimpinan negara pada usia muda, masing-masing 44 dan 43 tahun.

Dari tahun ke tahun muncul pemuda dengan berbagai macam semangat sesuai dengan nafas zamannya. Akan berbeda jika kita melihat pemuda masa kini dengan pemuda di masa lalu. Dari sumber-sumber sejarah kita dapat tahu bagaimana kakek buyut kita berjuang dengan sekuat tenaga membebaskan negeri ini dari berbagai penjajah “biadab” yang dengan sekehendak hati mempermainkan kedaulatan negi suatu Negara eri sejuta pesona ini, negeri Indonesia. Lihatlah saat ini, negeri kita telah MERDEKA! Paling tidak sebagai suatu negara yang telah diakui secara de facto dan de jure oleh negara lain. Akankah masih sama perjuangan pemuda saat ini? Tentu saja berbeda.

Pemuda saat ini adalah pemetik bibit perjuangan masa lalu. Penikmat segarnya kebebasan yang sebebas-bebasnya. Akankah kenyataaan seperti itu? TIDAK! Tugas pemuda saat ini sangatlah berat. Lebih berat dari para pendahulu kita, tonggak estafet semakin susah untuk digenggam. Penjajahan telah berevolusi. Tidak hanya makhluk hidup saja yang dapat ber-evolusi. Kencangnya arus globalisasi memaksa kita harus menancapkan kuku lebih dalam agar kita tidak terhempas oleh arus itu. Pemuda adalah agent of change yang berfungsi sebagai kemudi sang burung rajawali. Pemuda adalah wajah suatu bangsa.

Persoalanya kemudian adalah kaum-kaum muda sendiri belum terkonsolidasi dan memiliki modal yang cukup untuk merebut kepemimpinan. Salah satu contoh nyata adalah makin luruhnya semangat nasionalisme di kalangan kaum muda. Kebanyakan malah terjebak dengan pola politik pragmatis senior-seniornya dan bahkan banyak yang terjebak dalam budaya hedonisme. Sehingga kemudian kaum muda mendapat stigma sebagai “ anak bau kencur” yang tidak memiliki kesiapan untuk memimpin. Persoalan kesiapan ini penting karena wacana saatnya kaum muda memimpin bukan hanya urusan bagaimana merebut kekuasaan dari kaum tua semata. Namun, pemuda harus memiliki arah dan orientasi perjuangan sehingga tidak gagap dan terseok-seok dalam menyelesaikan persoalan bangsa.

Dengan mengikuti alur sejarah “continuity and change”, maka peran kesejarahan generasi muda sekarang harus melintasi sekaligus tiga zaman, masalalu, masakini dan masadepan, yakni perpaduan kesadaran historis, kesadaran realistik, dan kesadaran futuristik, seakan membentuk segitiga utuh. Sebab, kesadaran historis semata akan melahirkan romantisme. Hanya ada kesadaran realistik akan melahirkan pragmatisme. Sementara, dengan kesadaran futuristik, yang lahir adalah generasi muda pemimpi.

Dengan mengingat kejayaan pemuda di masa lampau, kita tidak perlu terlalu khawatir karena JAZIRAHi adalahNEGERI yang hebat. Dengan berbagai kekurangannya, JAZIRAH dapat mengatasi berbagai persoalan yang tak kunjung habis. Dengan semangat pemuda yang terus berkobar, kita lanjutkan tonggak kekpemimpinan kita yang telah tersohor sampai negeri LAIN. Api semangat tak akan pernah padam oleh terjangan angin fatamorgana. Sekarang pilihan ada di tangan kita. MERDEKA ATAU MATI! Hidup pemuda!

saya kutip dari salah satu catatan di facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar